Translate

Rabu, 18 Mei 2022

AKSIOLOGI “TIDORE FOR GENERATION Z”: PEDAGOG ATAU DEMAGOG?

Oleh: Dafiq Febriali Sahl


Logo Tidore For Gen Z

Krisis kepemimpinan menganeksasi konstelasi kaum muda di dewasa ini, khususnya di Indonesia. Apatisme dan skeptisme menjadi dasar fundamental mengapa pemuda kurang meminati hal-hal seperti kajian akademis, aksi sosial, ilmiah, bahkan kurang dalam menyoroti isu-isu penting yang seringkali menyangkut persoalan mereka sendiri. Bukan satu hal yang tabu apabila pemuda yang menjadi buffer suatu bangsa ternyata tidak memiliki progresifitas sebagaimana diharapkan oleh para founding father. Membahas kausalitasnya akan cukup panjang karena lebih berbentuk permasalahan vicious circle. Terlebih kita harus menemukan akar persoalannya.

Persoalan pertama adalah kompleksnya latar belakang dan pemikiran para pemuda yang kemudian sulit untuk disintensiskan pada tujuan yang sama. Kedua, mari kita analisis transisi perhatian pemuda. Penetrasi budaya asing yang ditenggerkan sebagai budaya superior menjadikan pemuda lebih berpijak pada kebudayaan asing seperti contoh westernisasi. Gejala disruptif ini terus menguat tatkala kemajuan teknologi informasi juga semakin menguat eksistensinya.

Akar selanjutnya adalah kurangnya efektif dan efisiennya wadah-wadah kepemudaan baik dalam bentuk paguyuban maupun patembayan, sekalipun ada tetapi sebatas pada ajang eksistensi diri dan tidak pada pengembangan diri dan lingkungan. Pemuda lebih disibukkan pada bagaimana mendongkrak popularitas daripada menancapkan paradigma dan mengkatalisasi program-program; sekalipun taraf berpikir pemuda masih pada taraf general dan belum makro pengetahuan. 

Ditambah lagi konsep yang kurang teliti dan matang terutama terhadap arah wadah-wadah tersebut sehingga hanya memproduksi konten-konten tanpa substansi dan slogan-slogan tanpa esensi.

Hemat penulis, terdapat satu kata untuk menjawab segelintir persoalan utama tersebut yakni "BANGKIT!!". Dapat diketahui pada 13-17 September 2021 Sekretariat Jenderal DPR RI mengadakan event tahunan berupa edukasi parlemen berskala nasional yakni Parlemen Remaja. Uniknya, salah satu fraksi dalam perhelatan politik tersebut memiliki sebuah kerja nyata ke depan. Nama dari fraksi tersebut adalah Tidore dengan anggota yang elit dan solid. Berlandaskan perjuangan yang sulit dan keinginan anggota fraksi Tidore agar timbul ekses yang maslahat bagi mereka, lingkungan, pengetahuan, bangsa, dan negara sehingga mulailah mereka merumuskan apa yang akan mereka laksanakan ke depan.

Pada 17 September 2021, Fraksi Tidore mendirikan sebuah “Gerbang Pikiran” dalam bentuk Organisasi kepemudaan bernama "TIDORE FOR GENERATION Z" atau "TFORGENZ". Meskipun ada beberapa anggota fraksi Tidore yang mengundurkan diri dikarenakan berhalangan namun tetap memberi semangat bagi 15 pengurus dan beraliansi dengan fraksi lain yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang diprediksi mencapai 100 anggota lebih di bulan Oktober 2021.

Rekrutmen Tforgenz di awal konstelasi sangat membuahkan hasil dengan masuknya kaum intelektual dan organisatoris dari berbagai universitas ternama di Indonesia. Visi kami dengan lantang berbunyi: “Wadah dari dan untuk generasi z yang bertujuan untuk menyebarkan kesadaran tentang isu-isu di Indonesia, juga merupakan tempat yang aman bagi mereka untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan. Dengan semangat, pantang menyerah, dan optimis kita bisa!”

Pertanyaan utamanya adalah kemana arah TFORGENZ ini?

Baik, ada banyak tujuan terbentuknya organisasi, ambil saja berdasarkan output yang akan diberikan sehingga terbagi menjadi pedagog atau demagog. Tapi sebelum itu mari dipahami makna dasar kedua konsepsi tersebut dari kacamata etimologis. Menurut Hiryanto (2017;65), secara etimologis, Istilah Pedagog berasal dari bahasa Yunani yakni paedagogeo, dimana terdiri dari pais genetif, paidos yang berarti anak dan agogo berarti memimpin, sehingga secara harfiah, “pedagogi” berarti memimpin anak. Istilah pedagogi juga diturunkan dalam Bahasa Latin yang berarti mengajari anak; sedangkan dalam Bahasa Inggris istilah pedagogi (pedagogy) diaplikasikan untuk merujuk pada teori pengajaran maupun pendidikan. Kata pedagogi juga diturunkan dari bahasa latin yang bermakna mengajari anak, sementara dalam bahasa Inggris istilah pedagogi (pedagogy) digunakan untuk merujuk kepada teori pengajaran.

Di sisi lain, demagog adalah istilah politik yang bersumber dari dari bahasa Yunani “demos” yang bermakna rakyat dan “agogos” yang bermakna pimpinan dalam arti negatif; yaitu individu atau kelompok yang menyesatkan publik demi kepentingannya sendiri.

Bila digunakan menggunakan kacamata aksiologi atau ilmu yang mempelajari nilai maka secara eksplisit dapat dikatakan bahwa TFORGENZ adalah organisasi “pedagogis”. Tanpa panjang lebar, mari lihat Outlook TFORGENZ dalam program-program pedagog spektakuler

berikut:


1. Rekrutmen anggota TFORGENZ dari kalangan mahasiswa/i dari universitas-

universitas nasional hingga internasional.

2. Webinar kepemimpinan yang diisi oleh narasumber kaum muda dari peserta parlemen

remaja, serta webinar-webinar lain yang substansif, urgensif, dan menarik.

3. Takeover - Sebagai media hiburan dan interaksi dengan audiens TFORGENZ agar

semakin akrab.

4. Microblog - Dapat mengetahui soal isu isu yang terjadi di masyarakat atau pembahasan

isu dari TFORGENZ dan juga dapat memberi ide isu yg akan dibahas.

5. Live talk - Akan berlangsung di live Instagram jadi siapapun bisa ikut live talk kami

yang topiknya pastinya juga sangat menarik.

6. Podcast - Pembahasan topik di Pod cast kami tentunya akan sangat menarik dan seru

bisa jadi media untuk belajar serta hiburan.

7. Kegiatan-kegiatan lain yang dijalankan oleh divisi-divisi dalam TFORGENZ

mencakup public speaker, public relation, logistics, Graphic Design & Video Editing,

Creative & Project, dan Content Writer.

“Diharapkan ke depan, TFORGENZ ini menjadi wadah diskusi, berpikir, berkreasi, dan berinovasi menatap indah masa depan Indonesia. Melalui kekuatan kaum muda kami optimis untuk bisa menjadi organisasi kepemudaan yang besar sekaligus manfaatnya bagi masyarakat juga signifikan” Ujar Eunike Anastasia Pesakh sebagai ketua umum TFORGENZ.

Adapun founder dari Tidore For Generation Z adalah sebagai berikut:

1. Eunike Anastasia Pesakh (Kalimantan Tengah)

2. Gabriele Claresta Zou (Bangka Belitung)

3. Mohammad Afsar (Yogyakarta)

4. Devin fahrezi (Jakarta)

5. Afifah Kamilatul Unsha (Nusa Tenggara Barat)

6. Kanaya Putri Hardanti (Nusa Tenggara Barat)

7. Naila Fadia (Jakarta)

8. Dafiq Febriali Sahl (Jawa Timur)

9. Nareswari Ayu Prabowo (Jawa Barat)

10. Sri Wahyuni (Jawa Barat)

11. Arya Ramadhan Pratama (Kalimantan Timur)

12. Siaumey Novia Saputri (Riau)

13. Andi Muthia Amalia Makkuaseng (Sulawesi Selatan)

14. Meitirsa A. Yunus (Sulawesi Tengah)


Referensi


Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia.

Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Hiryanto. (2017). "PEDAGOGI, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI SERTA IMPLIKASINYA

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT". Dinamika Pendidikan 22(1): 65-71

Humas Kemenko Polhukam RI. (2016, August 2). “DEMAGOG”, “PROVOKATOR”, dan

“MOTIVATOR”?. Retrieved October 8, 2021, from Kemenko Polhukam R.I. website:

https://polkam.go.id/demagog-provokator-dan-motivator/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejumlah Anggota DPR RI, DPRD, dan Kepala Daerah Memborong Buku Colliding Stars, Novel Fenomenal Anak Indonesia

Diterimanya Novel  Colliding Stars  oleh Utut Adianto (Anggota DPR RI 2019-2024 Fraksi PDIP) Diterimanya Novel Colliding Stars oleh Tommy K...