Translate

Jumat, 20 Mei 2022

Mau Esaimu Kritis dan Keren? Ini Tipsnya!

 Oleh: Dafiq Febriali Sahl


Tanpa anda sadari, menulis esai adalah media mengasah kritisisme pemikir-pemikir hebat Yunani hingga filsuf-filsuf post-modern; esai juga merupakan media mengangkat isu-isu menuju permukaan. Jadi, pendefenisian esai sebagai tulisan singkat, permainan bahasa, atau persyaratan kompetisi adalah pendangkalan. Meskipun kata “keren” bukan parameter kesuksesan esai, tapi kini hal itu dibutuhkan di samping substansinya yang kritis. Tanpa panjang lebar, bagaimana membuat esai yang keren dan kritis? Ini dia!.

       Pahami Pohon Isu

Setiap esai pasti merujuk pada satu isu yang diangkat dalam tema dan tiap isu pasti memiliki dasar-dasar permasalahan. Pahami dulu hal-hal dasar dari isu tersebut lalu kumpulkan hal yang lebih terperinci selanjutnya. Isu lingkungan misalnya, pelajari dahulu ilmu dasar geografi, ekologi, biologi, dan dasar teori-pengetahuan lainnya yang berkaitan, kemudian belajar definisi istilah-istilah dalam isu lingkungan, pendapat para ahli, prespektif, apa yang compatible dengan zaman sekarang, atau apa yang trending. Ingat! Jangan terbalik yaitu mempelajari hal-hal spesifik dulu sebelum dasarnya!. Ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan bertahap, tanpa pondasi yang kuat maka atap setinggi apapun akan roboh; tanpa akar, daun pun mati.

Dikejar target waktu? Tenang. Bacalah jurnal-jurnal dan buku dan segera temukan ide intinya. Misalnya, isu politik praktis pada Pemilu 2024, temukan apa itu kepentingan, kekuasaan, kondisi politik 1 dekade ini, dan sejenisnya melalui internet, jurnal, atau buku. Temukan kata kunci dari isu untuk bisa meriset dan memahami akar permasalahan dan dasar pengetahuan tentang isu. Reduksilah informasi yang kurang penting dan terlalu melebar, fokuslah pada satu pokok bahasan di esaimu.

Kadangkala terjadi kekeliruan seperti pendahuluan membahas masalah dari sisi ekonomi, waktu kesimpulannya menjabarkan kebijakan politik, itu kesalahan yang fatal. Terstruktur bukan hanya struktur tulisan, tapi juga struktur bahasa dan paragraf. Jangan lupa, pada bagian pendahuluan gunakan paragraf induktif supaya ada banyak instrumen yang bisa dijabarkan baik. Meskipun demikian, pastikan generalisasi itu tidak melebar kemana-mana. Pada bagian pembahasan atau permasalahan (bila perlu), fokuslah membahas permasalahan dengan struktur yang benar dan konsisten.

Jangan terbalik! Temukan rumusan permasalahan dahulu sebelum menentukan judul!.

Jika anda menentukan judul terlebih dulu sebelum tau apa pokok permasalahannya maka anda tidak akan mengerti isunya dengan baik juga solusi yang ingin anda berikan terhadap isu yang diangkat. Temukan dulu permasalahan dari isu, lalu bagaimana sudut pandang anda terhadap masalah tersebut. Misal isu pangan, tentang krisis bahan makanan pokok di pasaran, anda bisa mengambil sudut pandang ekonomi seperti inflasi; bisa dari politik yakni kebijakan ekspor-impor pangan; bisa dari pertanian misal kegagalan pembangunan proyek food estate. Pastikan anda menguasai sudut pandang yang anda ambil, dan itu jangan melenceng dari tema besar atau subtema bila esai itu untuk perlombaan.

Bagaimana cara menemukan masalah dalam satu isu?. Selain membaca tapi juga mengobservasi langsung, lalu renungkanlah!. Misal isu pendidikan nasional, jangan hanya duduk membaca buku-buku tentang pendidikan tapi kunjungilah sekolah-sekolah di sekitar anda dan rasakan apa yang terjadi di sana. Bisa jadi anda menemukan adanya ketimpangan ekonomi pelajar, keterbatasan media belajar, ketidakefektifan pola mengajar, atau yang lainnya. Jika itu anda lakukan maka bisa jadi permasalahan yang anda angkat juga masalah yang sedang juri hadapi.

Rumusan masalah tidak boleh ditulis di bagian kesimpulan; sudut pandang (subjektifitas) terhadap masalah akan menjadi ruh esai; sudut pandang itu juga yang akan menentukan solusi yang diberikan. Jika ada yang bilang bahwa esai itu harus objektif, itu benar; tapi objektifitas juga ditentukan oleh subjektifitas. Objektifitas dan subjektifitas harus seimbang; terlalu objektif maka esai anda akan mirip dengan makalah atau laporan kerja; terlalu subjektif akan menjadikan esai anda seperti karya tafsir. Perkuatlah pemahaman anda tentang masalah sebagai objek dan sudut pandang sebagai subjek, lalu kolaborasikan!.

Setelah permasalahan ditemukan, susut pandang telah ditentukan, dan judul telah tertulis maka jabarkan dengan baik permasalahan itu: Fokus, terstruktur, dan sesuai pedoman penulisan serta bahasa. Fokus artinya, sudut pandang untuk melihat permasalahan harus digunakan secara konsisten dari pendahuluan sampai kesimpulan. 

Ingat! Fungsi judul adalah sebagai jalan bagi esaimu, jadi judul akan jadi penentu dan pedoman bagi seluruh tubuh esai, juga untuk menghindari esaimu terlalu abstraktif. Tapi, menentukan judul di akhir juga baik karena judul akan menjadi kristalisasi dari seluruh isi esai. Terpenting, jangan menulis judul sebelum menemukan permasalahan! Sebagaimana esaimu menjadi solusi atas suatu masalah (tidak mungkin membuat obat tanpa mengerti penyakitnya).

Gunakan kata kebermanfaat di Judul!

Judul yang baik adalah judul yang bisa dijadikan kalimat tanya, misal judulnya "Pemuda Mengatasi Problematika Siaran di Indonesia". Paling tidak, kata tanya "bagaimana" bisa disematkan di judul tersebut menjadi "Bagiamana Pemuda Mengatasi Problematika Siaran di Indonesia". Ini adalah opsional, tetapi beberapa pakar penulis telah menvalidasi cara ini; jika judul tidak bisa dijadikan kalimat tanya, bukan berarti judul itu tidak baik.

Selain itu, khusus esai inovasi, pastikan judul anda langsung menjelaskan tentang solusi dari permasalahan, jadi jangan hanya merepresentasikan masalah. Seperti contoh, "Banjir Jakarta yang Tak Kunjung Selesai dari Awal Abad ke-20", dirubah menjadi "Gubernur Anies Baswedan akan Menutup Sejarah Bencana Banjir di Jakarta dengan Normalisasi dan Naturalisasinya". Kenapa demikian? Karena judul yang menarik orang adalah judul yang berisi kalimat solutif, sebab orang membaca esai dengan harapan menemukan solusi bukan hanya memahami masalah.

Jika esai yang anda tulis berjenis esai observasi, maka berilah hasil penelitian yang bisa menggerakkan pembaca untuk menemukan solusinya sendiri. Misalnya ketika anda menulis permasalahan maka carilah yang dekat dengan pembaca yang anda tuju. Jika esai anda untuk masyarakat biasa, lalu anda membahas tentang angka pengangguran, maka jangan hanya bahas pengangguran makro atau statistik, tapi bahaslah hal-hal yang sering dihadapi oleh masyarakat yang kehilangan atau tidak punya pekerjaan. Hasil observasi semacam itu akan menyentuh pembaca terlebih ditulis di judul, contohnya "Pengangguran Semakin Parah, Saatnya Masyarakat Memperjuangkan Pekerjaan Alternatif".

Judul harus proporsional dan efektif. Judul esai yang baik tidak lebih dari 15 kata. Maksimalkan jumlah itu untuk pemadatan makna pada judul. Pastikan kalimat judul itu kalimat efektif.

Gunakan awalan dengan Quotes atau istilah menarik.

Apa yang pembaca haus untuk mengetahui isi esai anda?, ialah ketertarikan pada kalimat pertama. Jika kalimat di awal paragraf pendahuluanmu sudah membosankan atau langsung menuju inti bahasan, tidak heran jika pembaca hilang rasa ketertarikannya. Anda bisa menambah quotes tokoh terkenal, adagium, atau pepatah yang selaras dengan topik pembahasan. Pastikan itu di bagian paling awal bahkan kalau bisa sebelum pendahuluan (setelah judul, identitas, lalu beri kata pemanis). Terlebih jika kalimat itu singkat (maksimal 4 kalimat) dan ditulis miring di tengah seperti sebuah kutipan maka akan memberikan kesan sensasional pada pembaca. Ingat! Kalimat pemanis ini harus sesuai topik (isu) atau minimal sesuai tema, jika antara kata pemanis dan judul saja sudah berbeda topik maka pembaca tidak akan tertarik, kata-kata pemanis ini bisa menggairahkan pembaca.

Solusi yang diajukan setidaknya bisa dilakukan oleh penulisnya atau dekat dengan pembaca.

Mengulas esai tentang carut-marut birokrasi bukan hanya mengkritisi regulasi dan menawarkan solusi kepada pemerintah, tapi juga autokritik bagi penulis sendiri. Misal yang dibahas adalah disrupsi budaya nasional oleh globalisasi maka jangan menulis solusi tentang bagaimana elit dunia harus bertindak atau bagaimana pemerintah nasional dengan politik bebas-aktifnya, tapi tulislah solusi di esai dengan "Apa yang bisa kamu lakukan sesuai peran dan statusmu"; jika anda pelajar maka beri solusi yang bisa dilakukan pelajar misal kalimat persuasi untuk memperkenalkan kebudayaan daerah di platform digital; tawarkan inovasi yang memungkinkan bagi anda sendiri untuk lakukan. 

Jika esai anda diperintahkan untuk menemukan solusi yang ditujukan untuk pejabat sedangkan anda pelajar, maka berilah solusi yang dekat dengan pejabat juga. Biasanya perlombaan yang diadakan oleh lembaga meminta solusi yang bisa lembaga itu lakukan, contohnya Kementerian Kesehatan mengadakan lomba esai tentang meningkatkan kesadaran pentingnya vaksinasi oleh pejabat daerah, maka lakukanlah wawancara pada pejabat daerah anda tentang apa masalah yang mereka hadapi terkait vaksinasi, lalu simpulkan apa solusi yang bisa pejabat itu lakukan.

Selain mempelajari hal teknis, berlatihlah dengan hal paradigmatis.

Esai tidak sempurna bila hanya baik secara teknis seperti struktur, tanda baca, ejaan bahasa, sitasi, dan semacamnya tapi juga baik bagi orang lain dalam pandangannya. Ingat! Anda menulis esai bukan untuk disajikan pada diri sendiri, anda menyajikannya kepada orang lain, maka buatlah esai itu baik di mata orang lain meskipun pasti ada kekurangannya. Jadi, baik menurut diri kita sendiri tidaklah cukup; baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain; perlu ada orang lain yang melihat esai itu sebelum dipublikasi atau dikirimkan. 

Cara sederhana agar esai diterima baik oleh orang lain adalah sering berkonsultasi dan mempresentasikan esai anda kepada ahli di bidangnya, guru bahasa, teman-teman, atau siapapun yang bisa anda mintai prespektif dan evaluasi tentang esai anda. Saring semua pendapat dan evaluasi itu, gunakanlah untuk menyempurnakan esai anda.

Awas! Hindari Menggunakan Kata "Yang" di Awal Kalimat.

Saya teringat mentor karya ilmiah saya mengatakan bahwa haram hukumnya untuk mengawali kalimat dengan kata hubung "yang". Meski begitu, banyak melakukannya dalam esai. Pilihlah kata sambung yang sesuai dengan apa yang disambung, contohnya "Kepala negara harusnya bijak memutuskan sesuatu sebagaimana tugas yang dia emban", jangan "Para menteri melaksanakan tugasnya dengan baik apalagi perintah yang diberikan oleh presiden". 

Supaya kalimat anda terkesan kritis, seringlah menggunakan konjungsi komparatif yang tentu membuat pembaca harus berulang-ulang membaca tulisan anda, bukan karena sulit dipahami tapi perlu pendalaman pikiran untuk memahaminya. 

Judul harus proporsional dan efektif. Judul esai yang baik tidak lebih dari 15 kata. Maksimalkan jumlah itu untuk pemadatan makna pada judul. Pastikan kalimat judul itu kalimat efektif.

Jangan sampai ada kontradiksi

Diksi sangat diperlukan untuk membuat esai anda keren. Jika diksi yang anda tulis terlalu rendah maka esai anda tidak lebih dari kalimat yang tidak berasa; selain menyentuh pikiran, diksi harus menyentuh hati. Jika diksi yang anda pilih terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan posisi pembaca maka besar kemungkinan besar esai anda tidak dipahami dengan baik dan dianggap berlebihan.

Baik fakta maupun opini harus selaras dari awal sampai akhir. Jangan sampai ada opini di pendahuluan yang bertentangan di isi misalnya; hindari fakta-fakta yang bersilangan. Jika memang anda ingin menghidupkan pertentangan fakta maka argumen yang anda gunakan harus melalui crosscheck atau periksa silang, padukan pertentangan itu supaya menghasilkan pikiran baru, esensi baru, masalah baru, solusi, atau penyempurnaan; jika esai anda fokus untuk menggunakan satu fakta dari satu posisi atau prespektif maka gunakanlah secara konsisten dan kokoh, jangan ada keraguan data yang membuat esaimu seperti tulisan perdebatan yang tidak menemukan maksud dari data-data itu.

Paragraf demi paragraf ibarat kereta, bukan tutul harimau.

Paragraf demi paragraf ibarat kereta artinya harus nyambung dari paragraf satu dengan yang lainnya, bukan seperti tutul harimau yang tidak beraturan. Untuk menyambungkan gerbong kereta, diperlukan pengait atau penyambung; gunakan paragraf sambung di antara 2 paragraf  yang berbeda bahasan atau gunakan kalimat sambung di akhir paragraf jika paragraf selanjutnya berbeda bahasan. Paragraf atau kalimat sambung yang baik akan menjadi transisi yang sempurna antar paragraf, sedangkan paragraf-paragraf yang tidak sambung berpotensi akan melebar dan tidak ada titik simpulnya.

Pilihlah teknik pengumpulan data yang benar dan tepat!.

Pengumpulan data sewajarnya dilakukan di awal penulisan bahkan sebelum menentukan topik dan permasalahan sebagai rujukan atau bahan memahami pohon isu. Beberapa kesalahan yang terjadi adalah penulis mencari referensi ketika tulisan sudah jadi atau setengah jadi untuk kemudian dicocokkan dengan statement dan dicantumkan, itu kurang efisien. 

Anda bisa memilih dari sekian banyak teknik pengumpulan data: Studi pustaka, wawancara, dan observasi. Pilihlah salah satu yang berpotensi memberi anda data lengkap mengenai topik anda. Lalu gunakan data itu sebagai referensi dan rujukan yang nantinya dicantumkan di daftar pustaka atau daftar rujukan. Setelah tulisan anda selesai anda boleh mencari referensi lagi untuk memperkuat dan mendukung substansi pada esai anda.

Pilihlah teknik analisis data yang benar dan tepat!.

Menganalisis data jangan menggunakan teknik kompilasi atau imitasi. Kompilasi artinya menumpuk berbagai macam data untuk membuktikan satu teori atau fakta. Jika demikian esai anda akan terlihat seperti tumpukan buku yang tidak teratur. Anda harus mengusai data dan menyampaikan ulang dengan bahasa anda sendiri dan disesuaikan antara data dengan topik, data dengan masalah-solusi, dan data dengan data. Imitasi juga akan memperbesar plagiarisme anda karena ia hanya memindahkan data secara mentah ke esai anda, terkecuali itu undang-undang atau naskah asli yang tidak boleh dirubah. Jangan pula terlalu banyak mencantumkan undang-undang untuk memperbanyak tulisan anda di esai itu, jelas itu akan memperlemah fokus bahasan anda.

Seperti kata Jacques Derrida, seorang filsuf terkenal dari Perancis menyatakan bahwa menulis adalah sumber aktivitas budaya. Esai merupakan sebuah karya tulis pendek yang berupaya mengucapkan kembali apa yang krusial. Oleh sebab itu, setiap perlombaan esai selalu mengangkat tema yang update dan krusial. Sesungguhnya, perlombaan esai ingin menilai sejauh mana penulis bisa menggambarkan permasalahan dan menyajikan solusi dengan baik melalui tulisan anda.

Semoga Bermanfaat!.

Jika ada pertanyaan tulis di kolom komentar yah!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejumlah Anggota DPR RI, DPRD, dan Kepala Daerah Memborong Buku Colliding Stars, Novel Fenomenal Anak Indonesia

Diterimanya Novel  Colliding Stars  oleh Utut Adianto (Anggota DPR RI 2019-2024 Fraksi PDIP) Diterimanya Novel Colliding Stars oleh Tommy K...