Translate

Kamis, 19 Mei 2022

PASURUAN DAN PEMANIS DALAM EPOS ABAD 19

Oleh: Dafiq Febriali Sahl

Sebuah Cerita Pendek (Cerpen) yang diadopsi dari fakta sejarah tentang perjalanan komiditi gula di Kota Pasuruan.

Kemegahan Proefstation Oost-Java (Sumber: KITLV)

Kantor Proefstation Oost-Java (Sekarang) (Sumber: Dok. Pribadi)

Sejak tahun 1870 aksioma Agrarissche Wet memahat privelese khayalan yang meneduhkan modal-modal kapitalis (emphyteusis), menumbuhkan gulden dari bahu-bahu perkebunan, merampas tanah (domain verklaring), dan menganyam beton-beton bertajuk “pabrik” kendati berteriak “laissez faire laissez passe!!”.

Keniscayaan itu menyiram akar-akar rempah (tebu) di perkebunan Pasuruan bak memanggil arwah untuk diarak dan dikulak di emporium Eropa, hingga oligark berlumur dosa mengerdilan tebu-tebu Jawa menjadi sereh yang hidup enggan mati tak mau.

J. D. Kobus (Sumber: KITLV)

            “Tuanku! Tuanku! tebu tuan menjadi sereh” lapor Tholib (pengurus kebun tebu POJ) yang tampak terengah-engah muncul berlarian dari ladang menuju kantor POJ.

    Seketika terdiam.

              “Baik, siapkan jamuan!. Lusa Prof. Soltwedel akan aku datangkan” pekik Tuan Kobus sembari mengelus kening atas berita tiada duga.

            J. D. Kobus adalah direktur POJ selama 1897-1910. Atas legacy memodernisasi Plan Eener Suikerfabriek[1] pada cekikan penyakit sereh yang meruntuhkan industri tebu dan gula pasir Nusantara, Kobus diabadikan melalui patung. Prof. Soltwedel adalah sahabat masa kecil Kobus. Soltwedel adalah pimpinan observator Cultuur Afdeling[2] di Vereenigde Java Suiker Producenten berkat kejeniusannya di bidang biologi.

“Selamat datang kawanku. Ya Tuhan! kau semakin tua” Kobus memeluk rindu Soltwedel sesaat turun dari kereta di Pasoeroean Stoomtram Maaschappij (PsSM).[3]

“Tua?, mungkin benar jika kupinjam kumismu” keduanya pun tertawa.

“Kuterima pesan dan masalahmu yang kau suratkan, untuk itu kuajak kakakku. Perkenalkanlah ini kakakku! panggil saja Dr. Posthumus” lanjut Soltwedel.

Posthumus dan Kobus bercengkrama ala barat.

PsSm (Sumber: KITLV)

Dr. Posthumus di lahan uji coba tebu POJ (Sumber: KITLV)

Menaiki Delman turunlah mereka di perkebunan POJ.

Angin senja melayani dialog mereka sepanjang jalan perkebunan.

“Aku mengerti penyakit ini, kurang lebih 1 bulan untuk menangkap pangkal permasalahannya” tiba-tiba Soltwedel menyajikan harapannya.

“Bisa, tentu bisa!. Bukankah krusial bagi kita untuk menaklukkan beet sugar dan paceklik (sereh) saat ini?” semangat Kobus terangguk-angguk memabukkan Soltwedel.

Penantian proses mencekam dari eksplorasi hingga pengujian melalui alat-alat produksi seperti mesin giling tebu Robinsons Patent buatan London (1851), dengan menggandeng para peneliti tebu, petani, dan matun tebu dari penggarap tanah desa termasuk Tholib melalui sokongan gulden oleh cultuurbanken (bank perkebunan).

Sukar dan ringan dikarungi.

Pagi buta di bulan Desember 1897 menjadi sakral bagi langkah kaki Soltwedel yang terburu-buru dari laboratorium membawa warta ke kantor Kobus.

“Kawanku! Kawanku!” Soltwedel menabrakkan jarinya ke pintu kantor Kobus.

Kobus muncul bermata lebam, “Ada apa kawanku?”.

“Sekian lama kutunggu, tebu varietas POJ 2878 buatanku mampu melawan sereh dan digandakan secara generatif!!” kegirangan tercermin dari bola mata Soltwedel.

Selepas mengucek mata, Kobus melotot berteriak “Apa!!”.

“Astaga kau berhasil!!, terima kasih banyak kawan!, kejeniusan kawanku sekali lagi dibuktikan!” kabut haru dari mulut Kobus menarik keduanya berpelukan.

Gemerlap harap menaungi kalbu Kobus melahirkan embrio euforia. 

Penanaman bibit tebu (Sumber: KITLV)

Proses hibridisasi tebu POJ (Sumber: KITLV)

Sungguh keniscayaan historis, tebu varietas POJ 2878 mahakarya ilmuan POJ meraba-raba dari timur ke barat Pantai Utara Jawa hingga Nusantara. Loloslah pabrik-pabrik gula di Jawa dari hantu kebangkrutan, membuat kerakusan borjuis semakin menjadi-jadi hingga terbentuk Nederlandsche Handelsmaatschappij (NPM).

POJ sendiri melambungkan nadi-nadi produksi (cash crops) melalui pemekaran in natura (hasil penanaman) dan laverantie (akumulasi hasil bumi). Saudara Kobus bernama Gerrit Lebret mendirikan pabrik gula bernama “Naamloze Venootshap Kedawung” di Pasuruan yang menyulap tebu-tebu menjadi merkantilisme raksasa.

De Oosthoek[4] secara menggila bergelar prestisius: “sentra produksi gula”, mengundang ratusan juta gulden per panennya bagi Nederland dan algoritma-algoritma perseroan terbatas. Pasuruan akhir abad 19 menyambut 2.550.000 pikul gula yang lahir dari jari-jemari petani Pasuruan. Surplus gulden (batig slod) mempersembahkan prasarana: “Brigade irigasi”, jalan-jalan raya, kereta api, jembatan-jembatan, pelabuhan, dan loji-loji di Pasuruan sebagai pelayanan suci bagi gula dan tembakau.

Ruang administrasi dan kontrol bahan bakar POJ (Sumber: KITLV)

“Tuanku!, petani terbaik sudah siap sesuai perintah” Thalib menuntaskan keharusannya. “Bagus!, nanti kamu angkut tebu-tebu yang berserakan di pekarangan!, lalu bagi ke tetangga-tetanggamu!” kedermawanan Kobus tersirat.

“Maaf tuan, bukankah itu terlalu banyak bahkan untuk satu desa” sahut Thalib.

“Bawa saja semuanya!, dibiarkan bisa busuk” kabar gembira dari Kobus mewarnai nafas Thalib. “Terima kasih!, terima kasih tuan” tubuh Thalib menggigil.

Pribumi yang barusan mengeringkan keringat digaji lunas percikan maslahat.

Fajar demi fajar, POJ dan N. V. Kedawung membuat pasar-pasar dan stakeholders kewalahan menadah tebu yang membludak. Alhasil tidak kurang akal, pasca perobekan Terusan Suez, Koningklijke Paketvaart Maatschappij (perusahaan perhubungan laut) dibantu Deans Scoot & Co (perusahaan perkapalan Inggris) bersemangat menganeksasi tebu-tebu Pasuruan itu.

Semua berlangsung utopis, rotasi drainage membuahi pikiran pribumi dari kalkulasi-kalkulasi liberal, sampai segala fatamorgana itu sirna tatkala awan peluru menyelimuti Eropa.



[1] Plan Eener Suikerfabriek, cetak biru pabrik gula.

[2] Cultuur Afdeling, bagian tanaman.

[3] PsSM, perusahaan kereta api Hindia Belanda (transportasi manusia dan hasil bumi) di Pasuruan.

[4] Tapal kuda, mencakup 6 wilayah Jawa Timur termasuk Pasuruan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejumlah Anggota DPR RI, DPRD, dan Kepala Daerah Memborong Buku Colliding Stars, Novel Fenomenal Anak Indonesia

Diterimanya Novel  Colliding Stars  oleh Utut Adianto (Anggota DPR RI 2019-2024 Fraksi PDIP) Diterimanya Novel Colliding Stars oleh Tommy K...