Oleh: Dafiq Febriali Sahl
Disusun sebagai syarat mengikuti kegiatan Kejuaraan Karya Tulis Ilmiah ODISEA Universitas Negeri Malang Tingkat Nasional tahun 2020.
Jalan Niaga sebagai Pusat Perniagaan di Kota Pasuruan |
Nusantara yang sekarang dikenal dengan nama Indonesia
merupakan daerah penghasil rempah-rempah yang cukup dikenal sejak berkembangnya
perniagaan dunia. Indonesia
juga dikenal sebagai pusaran perniagaan dunia melalui banyak pintu-pintu laut
yang terbuka lebar dan masyarakat yang gemar berdagang dan merantau, sehingga
disebut negara maritim. Sumber daya yang mendukung dan akses yang terbuka lebar
mendorong banyak bangsa-bangsa lain berdatangan ke Nusantara, motif mereka
beragam namun hampir semua motif adalah berdagang. Kedatangan tersebut
membuahkan interaksi sosial dengan dunia luar yang kemudian membentuk akulturasi,
asimilasi, dan integrasi. Dari semua jenis perniagaan yang dibonceng Nusantara,
terdapat perniagaan yang sangat berimplikasi terhadap adanya interaksi sosial
masyarakat Nusantara yang majemuk yaitu perniagaan minyak wangi. Penulisan
sejarah seringkali menulis sejarah politik, ekonomi, dan budaya sehingga
sejarawan jarang sekali mengangkat sejarah tentang gaya hidup yang tercermin
dalam perniagaan minyak wangi. Faktanya perniagaan minyak wangi memiliki
sejarah yang panjang seiringan dengan kemajuan masyarakat yang kian majemuk.
Minyak
wangi sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kata
minyak wangi berasal dari kata latin per fume yang artinya “melalui asap”.[1] Bahan baku dari minyak wangi ditemukan
sekitar 4000 tahun yang lalu di Mesopotamia, Mesir Kuno,
Romawi, dan Persia yang
digunakan sebagai seremoni keagamaan.
Salah satu kegunaan minyak wangi tertua berupa bentuk pembakaran dupa dan
herbal aromatik yang digunakan dalam momen-momen agama yang sakral (Safitri, 2017). Penggunaan dari minyak wangi merupakan
suatu bentuk gaya
hidup seseorang, secara psikologis minyak wangi dinilai membuat percaya diri
bagi penggunanya. Dalam buku karya
Anthony Reid, kebudayaan orang-orang Asia Tenggara yang mementingkan keindahan
badan salah satunya yaitu memakai minyak wangi
baik laki maupun perempuan yang disebabkan oleh
pengaruh agama dan gaya hidup.[2]
Di
antara banyaknya jenis komoditi dagang internasional pada abad pernigaan yaitu abad ke
14-16, terdapat jenis minyak wangi
khas Nusantara yang memiliki daya pikat tinggi, sangat dicari, dan bahkan
harganya hampir disetarakan dengan emas. Jenis minyak wangi tersebut
adalah kemenyan. Kemenyan sudah ada sebelum
datangnya jenis minyak wangi
lainnya di Indonesia yang semakin modern. Tujuan dari kemenyan yaitu mengharumkan sehingga
perdagangannya seringkali bersamaan dengan jenis minyak wangi lainnya terutama kapur
barus dan dupa. Kemenyan Indonesia khususnya dari
Jawa memiliki karakteristik aroma lebih kuat dengan tekstur resin lebih
keras dibanding dengan yang tumbuh di Arab Selatan, Yaman, India, China, dan Afrika.[3]
Kemenyan
digunakan untuk pembuatan aroma wewangian
dengan destilasi uap dari bahan-bahan
aromatik khususnya getah pohon kemenyan yang tumbuh subur di Pulau Sumatra
(Azhari, 2007:21). Penggunaan
kemenyan di beberapa daerah Jawa Timur utamanya untuk rokok siong,
klembak, dan bahan dupa. Negara tujuan ekspor kemenyan
yang utama adalah Singapura, Swis, Jepang, Malaysia, Uni Emiart Arab (UAE),
Taiwan, Perancis, dan sebagainya (Jayusman, 2014:2). Kemenyan bagi orang Yahudi serta orang Yunani dan Romawi, juga disebut
Olibanum (dari Arab Al-Lubban) untuk kegiatan berdoa dan upacara, kemenyan juga
sering digunakan untuk ritual-ritual ibadah bagi komunitas agama karena memilih kemenyan untuk memasuki
kehidupan bagi spiritualitas mereka. Namun pada
abad ke-21, kemenyan mulai jarang digunakan lagi
karena sering dikaitkan dengan hal-hal mistis dan sekaligus kurang efektif
ketika digunakan untuk
aktivitas di luar ruangan, sehingga kemunculan jenis-jenis minyak wangi modern menggeser dan menguasai permintaan pasar.
Perekonomian akhir abad ke-20 memunculkan kelas menengah (middle class) yang berselera dan berdaya beli tinggi seiringan dengan
peningkatan secara pesat produksi komoditi minyak wangi dalam 20 tahun
terakhir ini (O’Rourke,
2010; Raap, 2015). Bahkan industri parfum di Indonesia
diperkirakan dapat memperoleh hasil penjualan sebesar 25-30 juta USD per tahun
(Burr, 2008). Hal itu menunjukkan konsumsi minyak
wangi masyarakat Indonesia
semakin meningkat sehingga memungkinkan perekonomian minyak wangi semakin
melibatkan banyak interaksi komunitas dalam tata perniagaannya. Komoditi minyak wangi merupakan komoditi paling eksis dan diminati pada awal abad ke-21 walaupun sejarahnya hanya sedikit yang
mengangkat. Komunitas perniagaan minyak wangi semakin memperbesar
skala jaringan sebagai penyangga eksistensi komoditi minyak wangi. Maka dari
itu, komunitas perniagaan
minyak wangi dimulai tahun 2000 telah
menjadi pembina alamiah multikulturalisme melalui interaksi sosial yang sangat
kental sebagai modal
sosial di dalamnya. Berdasarkan urgensi
latar belakang keunikan dalam perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan itulah
maka penulis mengambil judul karya tulis ilmiah “Wajah Perniagaan Minyak Wangi
Di Kota Pasuruan Tahun 2020”.
Potensi niaga yang menjadi ciri khas di Kota Pasuruan dan dikelola masyarakat lokal adalah perniagaan minyak wangi. Bertolak dari prospek yang cukup manjanjikan dan karakteristiknya yang unik, perniagaan ini menjadi pusaran interaksi asosiatif yaitu kerja sama dan transaksi dagang melalui relasi masyarakat Kota Pasuruan yang majemuk.
“Beda dulu beda sekarang”, begitulah istilah tepat untuk menggambarkan perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan. Dahulu minyak wangi hanya dianggap sebagai perlengkapan untuk ritual ibadahdikarenakan masih sedikitnya elemen-elemen penyusun tata niaga terutama dari pengadaan barang dan pemasaran sehingga eksistensinya masih sangat rendah. Namun pada tahun 2000-2020 (sekarang), minyak wangi sudah menjadi komoditi yang dibutuhkan seperti layaknya kebutuhan pokok (sembako). Perbedaannya adalah minyak wangi tergantung selera dan rasa masing-masing individu. Orang mau bekerja, menghadiri acara baik formal maupun non-formal, beribadah, bersekolah, atau hanya sekedar ke luar rumah serasa tidak lengkap apabila tidak menggunakan minyak wangi. Transisi itu disebabkan semakin banyaknya produksi, pengada barang, toko-toko, dan pengecer (paddlers) yang memasarkan minyak wangi kepada masyarakat secara langsung terutama di Kota Pasuruan, mengingat masyarakat Kota Pasuruan adalah penggerak pertama adanya pengecer minyak wangi, dibuktikan dengan banyaknya pengecer asal Kota Pasuruan yang merantau ke luar provinsi bahkan luar pulau untuk berdagang minyak wangi (Nur Rochmat. Wawancara pribadi. 2020, Agustus 25).
Tata
niaga minyak wangi supaya berdiri kokoh perlu elemen-elemen penyusun yang
lengkap serta koperatif. Pada bagan di atas, pihak pertama adalah petani dimana
ia sebagai penghasil bahan baku produksi minyak wangi, hasilnya dijual kepada
pengepul. Kemudian, pengepul menjual ke pabrik penyulingan untuk mengekstrak
bahan baku menjadi barang setengah jadi. Setelah itu, barang tersebut dibawa ke
produsen-produsen, produsen tersebut mengelola, mengemas, dan memberi merk yang
kemudian berlanjut ke pemasok di Indonesia. Pemasok membagi barang tersebut
menuju agen-agen besar di seluruh kota di Indonesia, karena setiap kota
memiliki agen besar tersendiri. Agen besar, untuk mengadakan dan
memperdagangkan minyak wangi selalu mendirikan toko pertama yang menjadi toko pusat.
Demi memperluas pemasaran dan perwakilan di beberapa kawasan, didirikan lagi
toko-toko kecil yang disebut toko cabang. Baik toko cabang atau toko pusat
memiliki pengecer yang
berkeliling memasarkan secara langsung ke rumah, kantor, dan tempat yang sulit
dijangkau seperti pedesaan dan perumahan. Setiap
orang dalam komunitas itu memiliki
keahlian sesuai dengan bidang yang dipegangnya masing-masing. Jaringan
komunitas di atas yang marginnya luas dan saling berinteraksi melalui kerja
sama satu sama lain sehingga terbentuklah jaringan komunitas perniagaan minyak
wangi dengan relasi masyarakat Kota Pasuruan yang majemuk
(Nur Rochmat.
Wawancara pribadi. 202o, Agustus 25).
Setiap
kawasan sentralistik yang menjadi pusat keramaian di Kota Pasuruan selalu
berdiri toko minyak wangi seperti di sepanjang Jalan Niaga, Jalan Kartini, dan
Jalan Jawa. Meski begitu, fakta mengatakan hampir semua toko minyak wangi di
Kota Pasuruan bukan cabang dari kota lain. Ada 4 sentra
minyak wangi yang tinggal lama di Kota Pasuruan di antaranya ‘Seribu
Bunga’, ‘Raja Wangi’, ‘Warna-Warni’, dan ‘Wangi Surgawi’. Hal itu membuktikan bahwa perniagaan minyak wangi di
Kota Pasuruan bukan hanya sekedar aktivitas dagang mencari keuntungan, namun
juga prospek usaha prioritas berdasarkan kebutuhan masyarakat Kota Pasuruan. Rochmat (2020) dan Nurul (2020) menegaskan,
jika dibandingkan dengan kota tetangga seperti Kota Malang, sirkulasi penjualan
minyak wanginya masih kalah jauh dengan Kota Pasuruan. Tercatat penjualan
minyak wangi di Kota Pasuruan terus meningkat kisaran 25% persen per-tahun mulai 3 tahun terakhir ini diukur dari presentasi laba yang
cenderung meningkat bahkan dalam setiap kondisi krisis sekalipun.
Umumnya perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan tidak hanya
memperjualkan parfum refill, namun ada parfum bibit, dupa, kemenyan, dupa,
detergen, pengharum ruangan, kapur barus, dan semua jenis wewangian dengan
varian aroma disesuaikan dengan selera masyarakat di Kota Pasuruan. Terdapat
puluhan varian minyak wangi salah satunya yang populer di Kota Pasuruan yaitu“parisan”, “saudian” dan “syria”.
Harganya relatif, dimulai dari Rp.10.000 hingga Rp.700.000 tergantung kualitas,
jumlah barang, dan ketersediaan bahan baku (Nurul. Wawancara Pribadi. 2020, September 8).
Proses bertemunya antara pedagang dan pembeli dalam
tata niaga minyak wangi dalam kurun waktu yang lama
hingga tahun 2020 tampak pada karakteristik yang mempengaruhi interaksi sosial
yang dilakukannya (Ika
Puspitasari Putri dan Sapto Irawan, 2019:90). Karakter yang melekat dan identik
dari perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan adalah (1) berdiri sebagai perniagaan kebutuhan pokok, (2) jaringan komunitas yang luas, kompleks, dan majemuk, (3) mendiami kawasan-kawasan sentra di Kota Pasuruan, (4) dan
minyak wangi yang variatif dengan
harga relatif. Karakteristik itulah yang mengindikasikan adanya suatu relasi
dan interaksi asosiatif yang signifikan berupa kerja sama atau transaksi dagang
masyarakat Kota Pasuruan dalam perniagaan minyak wangi tahun 2020.
2.1
Interaksi
sosial dalam perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan tahun 2020
Kota Pasuruan merupakan kota yang maju dan berkembang di
bidang perekomian karena letaknya yang strategis dan memiliki akses
transportasi laut. Letak geografis Kota Pasuruan disebut basis
Tapal Kuda yaitu istilah bagi Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang yang artinya
suatu wilayah dimana pasti dilewati ketika hendak menuju arah timur dan barat Indonesia baik melalui jalur darat maupun jalur laut. Mengenai transportasi
lautnya, Kota Pasuruan memiliki Pelabuhan Pasuruan sebagai Pelabuhan terbesar
ke-5 di Pulau Jawa pada abad 19 yang berdiri di Pantai utara Jawa khususnya
Selat Madura, Kota Pasuruan (Raap:
2015:231). Pelabuhan tersebut berperan besar dalam mencetak masyarakat majemuk
di Kota Pasuruan, mengingat Pelabuhan tersebut adalah pintu masuk perdagangan komoditi hasil bumi
yang diangkut lalu
dibawa melalui jalur laut dan juga sebagai
tempat
singgah para pedagang sehingga
tidak memungkiri adanya perkembangan perniagaan sebagai prospek usaha di Kota
Pasuruan. Ekses
dari hal itu adalah jumlah penduduk yang terus meningkat seiring dengan
kedatangan penduduk dari beberapa daerah sehingga menciptakan komposisi
masyarakat mejemuk di Kota Pasuruan.
Dalam masyarakat Kota Pasuruan, hidup
berbagai komunitas-komunitas salah satunya yang paling menonjol adalah
komunitas agama dan komunitas etnis. Komunitas merupakan kumpulan orang yang
memiliki persamaan terhadap agama dan memiliki konsensus untuk berkumpul dan
berinteraksi satu sama lain, salah satunya dalam tata niaga minyak wangi di
Kota Pasuruan tahun 2020. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2020, perniagaan minyak wangi di Kota
Pasuruan memiliki jaringan komunitas yang menciptakan relasi masyarakat
majemuk. Secara kasat mata, di Kota Pasuruan tinggal etnis-etnis masyarakat
yang meliputi Jawa, Madura, Tionghoa, dan Arab. Tidak ada etnis yang menutup
diri terhadap interaksi sosial semenjak
pesatnya perkembangan perniagaan minyak wangi pada tahun 2000-2020 di
Kota Pasuruan, menyesuaikan
dengan karakteristik pernia-gaan minyak wangi di Kota
Pasuruan terciptalah interaksi sosial masyarakat
majemuk dalam jaringan komunitas perniagaan miinyak wangi di Kota pasuruan.
Pemahaman bahwa minyak wangi diperdagangkan oleh suatu etnis tertentu pada
tahun 2020 sudah tidak berlaku lagi.
Berdasarkan
kharakteristik perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan tahun 2020 yaitu
berdiri sebagai perniagaan kebutuhan pokok masyarakat, akan tampak pada penggunaan minyak wangi di Kota
Pasuruan saat momen-momen sakral di antaranya hari-hari besar agama, tradisi kemasyarakatan, dan tradisi
keagamaan komunitas agama di Kota Pasuruan. Selain itu, semua komunitas agama
di Kota Pasuruan selalu menggunakan minyak wangi sebagai perlengkapan utama
dalam melakukan ritual-ritual ibadah keseharian sehingga tercipta suatu relasi
dan interaksi antara komunitas perniagaan minyak wangi dengan komunitas agama
di Kota Pasuruan yang meliputi Islam, Kristen, Buddha, Khonghucu, Hindu, dan Katolik.
Penggunaan minyak wangi pada
momen-momen sakral merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya transaksi
dagang minyak wangi.
Dilihat dari karakteristik jaringan komunitas yang kompleks maka sangat
jelas adanya kerja sama antar intra komunitas yang sangat kuat sebagai
penyangga eksistensi perniagaan minyak wangi di seluruh Indonesia tak
terkecuali di Kota Pasuruan pada tahun 2020. Terbukti dengan pernyataan Rochmat
(2020) tentang terbentuknya Gabungan Penjual Minyak Wangi Indonesia (GAPMINDO)
yang tujuan utamanya yaitu (1) mengintegrasikan atau mewadahi komunitas perniagaan minyak wangi di Indonesia dan luar negeri, (2) tempat berinteraksi, menjalin relasi, dan
saling bertukar informasi serta pengetahuan, (3) menjalin relasi yang kuat antara komunitas perniagaan minyak wangi dengan
komunitas-komunitas di masyarakat, dan (4) mengawal aktivitas perniagaan minyak wangi dalam naungan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia khususnya di Kota Pasuruan.
Komunitas perniagaan minyak di Kota Pasuruan memiliki 2 tonggak penting
yaitu pengadaan barang dan pemasaran barang. Cara agar perniagaan minyak wangi
tetap berjalan dibutuhkan pengadaan minyak wangi melalui kerja sama, setelah
itu diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar minyak wangi laku terjual,
sehingga kebutuhan penjual dan pembeli bisa tercukupi. Tetapi, ketika para pemasar minyak wangi
dihadapkan dengan konsumen alias inter komunitas maka interaksi asosiatif yang
mereka lakukan adalah transaksi dagang atau transaksi jual-beli minyak wangi secara langsung. Orang membeli minyak wangi
karena rasa senang ketika menggunakan minyak wangi itu sehingga
pembeli memilih menjadi
pelanggan tetap penjual untuk mempermudah transaksi mereka, akibatnya yang terjadi bukan hanya
transaksi dagang sesaat namun juga
melibatkan relasi di antara pedagang dan pembeli (Nur Rochmat. Wawancara pribadi. 2020, Agustus
25).
Di setiap kota pasti ada satu jalan yang
berkembang sebagai jalan pertokoan eksekutif sekaligus bukti kejayaan sebuah
kota.
Selain sebagai pusat keramaian bagi
masyarakat konsumtif, jalanan pertokoan juga nyaman untuk saling berinteraksi (Raap, 2015:319). Titik pusat keramaian di Kota
Pasuruan yang merupakan sentra adalah Alun-Alun Kota Pasuruan sebagai pusat aktivitas multietnis
masyarakat Kota Pasuruan. Diperkirakan Alun-Alun tersebut berdiri pada zaman Mataram
Islam dan berkembang menyesuaikan konsep tata kota Eropa yang mengutamakan
aspek fungsional dan letak strategis. Untuk memperoleh kendali penuh akan
konsumen, agen-agen besar minyak wangi di Kota Pasuruan mendirikan toko-toko perniagaan minyak wangi
dengan menduduki tempat-tempat sentra di Kota Pasuruan yaitu sekitaran
Alun-Alun Kota Pasuruan alias Jalan Niaga, Jalan Jawa, dan Jalan Kartini. Jalan Jawa merupakan kawasan
yang terkenal dengan “kampung minyak wangi Arab” dimana banyak toko-toko
minyak wangi terbuka lebar hampir di sepanjang jalan itu dan pedagangnya didominasi oleh etnis
Arab yang bermukim di perkampungan Jalan Jawa. Jalan Niaga, yaitu jalan
yang penuh dengan perniagaan serba ada serta pusat jual beli di Kota
Pasuruan tidak terkecuali Minyak Wangi, jalan tersebut didominasi oleh pedagang etnis Tionghoa. Jalan Kartini, perniagaan
minyak wangi di Jalan tersebut diprakarsai oleh pedagang etnis Jawa. Pembagian
kawasan itu untuk menghindari adanya konflik di antara pedagang minyak wangi
yang bisa menghambat interaksi asosiatif dan mendorong disintegrasi komunitas
perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan pada tahun 2020.
Ditarik dari salah satu karakteristik perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan yaitu minyak wangi yang tersedia lengkap maka semakin memperluas konsumsi masyarakat dilihat dari intensitas penjualan minyak wangi berdasarkan jenis aroma. Di Kota Pasuruan, masyarakat Jawa cenderung berselera aroma manis dan segar yang tergolong jenis minyak wangi ‘parisan’, yaitu khas minyak wangi dari Kota Paris, Prancis. Masyarakat Arab cenderung menyukai aroma pekat yang tergolong dari jenis minyak wangi ‘saudian’, yaitu khas minyak wangi dari Arab Saudi. Masyarakat Madura cenderung menggemari aroma tajam yang tergolong dari jenis minyak wangi ‘syria’, yaitu khas minyak wangi dari Timur Tengah. Masyarakat Tionghoa lebih memilih aroma kalem yang tergolong dari jenis-jenis kemenyan dan dupa. Selain itu, harga yang ditawarkan melayani daya beli dan selera semua kelas masyarakat, sehingga tidak ada jurang pemisah antara masyarakat menengah ke bawah dengan menengah ke atas (Ubaidillah. Wawancara Pribadi. 2020, Agustus 26). Secara eksplisit ataupun implisit, karakteristik tersebut mendorong adanya perkembangan secara pesat, penguatan jaringan komunitas perniagaan minyak wangi melalui kerja sama, dan men-dorong adanya aktivitas interaksi sosial dalam perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan berupa transaksi dagang dari masyarakat Kota Pasuruan yang majemuk pada tahun 2020.
Kesimpulan
Dalam tata niaga minyak wangi di Kota Pasuruan menunjukkan karakteristik yaitu: (1) berdiri sebagai perniagaan kebutuhan pokok, (2) Jaringan komunitas yang luas, kompleks, dan majemuk, (3) Mendiami kawasan-kawasan sentra di Kota Pasuruan, dan (4) Minyak wangi yang variatif dengan harga relatif, sehingga terbentuk suatu relasi dagang dan interaksi asosiatif berupa kerja sama transaksi dagang yang membutuhkan waktu sekitar tahun 2000 sampai dengan berkembang pesat di tahun 2020.
Terbentuknya komunitas yang mencerminkan masyarakat majemuk di Kota Pasuruan, interaksi sosial terbentuk dari relasi dagang baik antar pedagang maupun antara pedagang dan pembeli berupa interaksi sosial inter yaitu interaksi masyarakat Kota Pasuruan dengan komunitas di luar Kota Pasuruan dan interaksi intra yang melibatkan semua etnis dalam perniagaan minyak wangi di kota Pasuruan. Pada tahun 2020, tercatat ada 3 kawasan sentra dan 4 toko sentra yang beroperasi di Kota Pasuruan dengan jenis yang diminati seperti Parisan, Syria, dan Saudian. Bentuk pemanfaatan minyak wangi di Kota Pasuruan sebagai perlengkapan gaya hidup masyarakat dan ritual-ritual ibadah komunitas agama yang ada di Kota Pasuruan tahun 2020.
Referensi
BUKU
Anthony Reid. 2014. Asia Tenggara dalam kurun Niaga 1450-1680. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Burr,
C. 2008. The Perfect Scent: A Year Inside the Perfume Industry in Paris
& New York. New York: Henry
Holt and Company.
Burhanuddin, Safri
(dkk). 2003. Sejarah Maritim Indonesia: Menelusuri Jiwa bahari Bangsa Indonesia
dalam proses integrasi bangsa. Jakarta: Badan Riset
Perikanan dan Kelautan.
Dinas Pemuda Olahraga dan Kebudayaan Kota
Pasuruan. 2015. Cagar Budaya Kota Pasuruan. Pasuruan: Dinas Pemuda
Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar
Ilmu Sejarah.. Yogyakarta: Bentang.
M. Nazir. 1988. Metode
Penelitian. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Modood, T.
dan Glenn C. Loury (dkk). 2005. Ethnicity, Social Mobilty, and Public
Policy: Comparing The USA and UK. New York: Cambridge University Press.
O’Rourke, P. J. 2010. Don’t Vote, It just encourages the bastards.
New York Atlantic Monthly Press.
Parekh, B. 2002. Rethinking
Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory. Harvard: Harvard
University Press.
Philips, A. 2009. Multiculturalism
without culture. Princeton: Princeton University Press.
Raap, Olivier Johannes. 2015. Kota Di
Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Setiadi, Elly M & Usman Kolip. 2011.
Pengantar sosiologi. Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:
Kencana.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi
Suatu Pengantar. Edisi 4. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
----------. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet, 43. Jakarta: Rajawali Press.
Sutrisno, R. B. 1974. Ihtisar
Farmakognosi. Edisi IV. Jakarta:
Pharmascience Pacific.
JURNAL / SKRIPSI / ARTIKEL
Azhari, Ichwan. 2017. “Politik
Historiografi” Sejarah Lokal: Kisah Kemenyan dan Kapur Barus, Sumatra Utara. SEJARAH
DAN BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017. Medan Universitas Negeri
Medan. Diperoleh dari: http://journal.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/download/9122/4413. (Diakses pada 23 Agustus 2020, 17.000 WIB).
Kymlicka. 2007. Multicultural Odysseys. Ethnopolitics, Vol. 6, No. 4, 585–597, November 2007. London: Routledge. Diperoleh dari: https://www.researchgate.net/publication/-233102748_Multicultural_Odysseys (Diakses
pada 20 Agustus 2020, 18.00 WIB)
Kusumawati, Ambar.
2014. Peran Komunitas Dalam Interaksi
sosial Remaja di Komunitas Angklung Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Putri, Ika
Puspitasari dan Sapto Irawan. 2019. Hubungan antara tipe kepribadian dengan
interaksi sosial Karang Taruna Dukuh Klarisan Kelurahan Tanduk Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Jurnal Mimbar Ilmu, Vol. 24 No. 1, 2019. Salatiga: Universitas
Kristen Satya Kencana.
Rahardjo, Turnomo.
2010. Memahami Kemajemukan Masyarakat Indonesia. Artikel dalam https://core.ac.uk/download/pdf/11718951.pdf (Diakses pada 14 Agustus 2020).
Setyawan, Aji.
2013. Interaksi Sosial antar pedagang di dalam Objek Wisata Ketep Pass Desa
Keteb Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Skripsi. Yogyakarta: Diajukan
Kepada Fakultas Ilmu Sosial.
Syahyuti. 2008. Peran Modal Sosial
dalam perdagangan Hasil Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 26
No. 1, Juli 2008 : 32-43. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.
INTERNET
Aan, Stefanus. (02 Mei 2020). Kemenyan
dan Tradisi Jawa. Dalam https://www.koran-purworejo.com/2020/05/kemenyan-dan-tradisi-jawa-oleh-stefanus.html
(Diakses pada 2 Agustus 2020, 19.00 WIB).
Handoko, Welly. 2019.
Deretan Tempat Ikonik Pasuruan, Wajib mampir pas mudik. Dalam https://travelingyuk.com/tempat-ikonik-pasuruan/205214 (Diakses pada 9
September 2020, 12.00 WIB).
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Dalam: https://kbbi.web.id
(Diakses pada 2 Agustus 2020).
Safitri, M. 2017. Sejarah Parfum. Dalam http://eprints.umg.ac.id/133/2/13.BAB%20II.pdf (Diakses pada 14 September 2020, 16.00 WIB)
www.pasuruankota.go.id (Diakses pada 15 September 2020).
WAWANCARA
Nurul. 2020. “Sejarah perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan”. Hasil
Wawancara Pribadi: 8 September 2020, Salah satu Toko Minyak Wangi di Jalan
Jawa.
Rochmat, Nur.
2020. “Karakteristik perniagaan minyak wangi di Kota Pasuruan tahun 2020”. Hasil
wawancara Pribadi : 28 Agustus 2020, Toko minyak wangi Seribu Bunga.
Ubaidillah.
2020. “Interaksi sosial masyarakat Kota Pasuruan dalam
perniagaan minyak wangi tahun 2020”. Hasil
Wawancara Pribadi: 28 Agustus 2020, Toko minyak wangi Seribu Bunga.
[1] Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam: https://kbbi.web.id (Diakses pada 2 Agustus
2020).
[2] Anthony Reid. 2014. Asia Tenggara dalam kurun Niaga 1450-1680.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 12.
[3] Aan Stefanus. (02 Mei 2020).
Kemenyan dan Tradisi Jawa. https://www.koranpurworejo.com-/2020/05/kemenyan-dan-tradisi-jawa-oleh-stefanus.html. (Diakses
pada 2 Agustus 2020, 19.00 WIB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar